Header Ads

7 Tempat Terbaik di Alam Semesta untuk Mencari Alien Hidup

Infomasyarakat.com, Science - Dalam sejarah umat manusia yang telah berlangsung selama berabad-abad, pertanyaan tentang "Apakah kita umat manusia hanya satu-satunya mahluk yang berakal dan yang hidup di alam semesta ini?'. Pertanyaan ini belumlah terjawab secara memuaskan hingga saat ini, dimana alam semesta yg luasnya tak terkira yang berisi trilyunan galaksi yang satu galaksi saja didalamnya terdapat ratusan milyar bintang. Mungkinkah disalah satu sudut di uang angkasa sana terdapat mahluk hidup lain yang hidup, layaknya kita yang hidup di bumi?

Penemuan telah membuka mata para ilmuwan untuk kemungkinan menjelajah pengetahuan tentang alam semesta yang lebih luas. Data dari teleskop Galileo dan Cassini probe menunjukkan bahwa air cair liar sangat berlimpah di dalam tata surya kita, di pelanet-planet dan di bulan-bulannya. Teleskop ruang angkasa Kepler dengan cepat memperluas jumlah planet yang diketahui, sekarang telah 2950 planet yang diketahui dan akan terus bertambah. Dan karena mereka telah mengintip jauh lebih kedalam lebih dari 200 milyar bintang-bintang dari galaksi Bima Sakti, para astronom telah mulai menyadari bahwa sinyal ET mungkin tidak terlihat seperti sinyal sama sekali.

Fakta ini mencerminkan pemikiran dan imajinasi terbaru tentang di mana makhluk luar angkasa mungkin saja bersembunyi di salah satu tempat di alam semesta ini. Berbagai macam tempat seperti bulan, planet asing, dan bintang-bintang yang jauh di mana sesuatu terlihat sangat aneh.

Berikut adalah beberapa tempat di di alam semesta yang diketahui, yang kondisinya terlihat seperti tempat tinggal yang cocok bagi imajinasi kita tentang mahluk alien berada:

1. Europa
Permukaan Europa, sarelit es Jupiter. Foto yang diambil oleh NASA lewat pesawat ruang angkasa Galileo pada akhir tahun 1990-an.

Europa aebuah satelit yang besar, bulan yang mengelilingi Planet jupiter layaknya bulan yang mengelilingi bumi. bulan ini permukaannya tertutup es, berukuran 1940 mil luasnya.

Semua kehidupan diketahui pasti membutuhkan air, dan dan satelit Europa faktanya dibanjiri itu. Di bawah kulit es terluarnya yang diperkirakan 10 sampai 15 mil ketebalannya, ada lautan global yang luas tiga kali volume semua samudra di Bumi. intensitas air pasang disebabkan oleh interaksi Europa dengan Jupiter dan bulan lainnya menciptakan gesekan yang menghasilkan panas, menjaga laut laut Europa tetap hangat.

Para pejabat badan antariksa Amerika atau NASA mengatakan hari Senin (26/9), akan lebih mudah mencari bentuk-bentuk kehidupan di Europa, bulan planet Yupiter, kalau manusia bisa pergi ke sana.

Kata NASA, foto-foto yang diambil oleh satelit antariksa Hubble menunjukkan bahwa di Europa terdapat geyser-geyser raksasa yang menyemburkan air laut sampai ketinggian 200 kilometer.

Tapi tidak seperti geyser yang terdapat di Taman Nasional Yellowstone di negara bagian Wyoming, semburan air laut itu tidak bisa diramalkan, sehingga teleskop Hubble tidak bisa menangkapnya dengan baik. Sebuah tim penyelidik menemukan bukti-bukti tentang adanya semburan itu pada tahun 2012, tapi sampai sekarang keberadaannya belum bisa dikukuhkan.

Para pakar sejak lama mengatakan bahwa Europa adalah satu-satunya tempat dalam tata surya kita dimana bisa ditemukan kehidupan, karena bulan planit Jupiter itu punya lautan yang mengandung garam dan cukup hangat dibawah permukaannya yang beku.

Lautan di Europa itu sangat besar dan mengandung air dua kali lebih banyak dari seluruh air di bumi, walaupun Europa ukurannya lebih kecil sedikit dari bulan kita.
Britney Schmidt dari universitas Georgia mengatakan ia tidak bisa memastikan bagaimana air laut itu bisa menembus lapisan es yang tebalnya beberapa kilometer dan menyembur ratusan km ke atmosfir Europa. “Kami punya banyak hipotesa, yang bisa kita uji,” katanya. Tapi itu mungkin baru bisa dibuktikan kalau manusia bisa mencapai bulan Yupiter itu, tambahnya.

Itu juga berarti bahwa kita akan bisa mengambil contoh lapisan es yang berasal dari geyser itu tanpa harus mengebor sampai beberapa km untuk mencapai lautan yang terdapat di bawah lapisan es itu.

Tapi sebelum manusia bisa mendarat di Europa, para pakar mungkin akan bisa memanfaatkan satelit antariksa NASA yang baru, yang disebut James Webb Space Telescope yang dijadwalkan akan diluncurkan pada tahun 2018.

NASA juga sedang menyusun rencana untuk mengirim misi ke Europa yang dilengkapi peralatan khusus yang bisa mengukuhkan adanya semburan air laut itu dan mempelajarinya dari jarak dekat ketika pesawat antariksa itu terbang mendekati permukaan bulan Jupiter itu.

2. Enceladus
Permukaan Enceladus, Foto yang di ambil oleh NASA

Enceladus adalah bulan keenam terbesar milik Saturnus. Enceladus memiliki albedo sebesar 100%, yang berarti memantulkan hampir semua cahaya yang mengenainya sehingga permukaannya tampak berwarna putih dengan formasi strip biru.

Beberapa fotografi ruang angkasa paling fantastis berfokus pada Enceladus yang berada di antara cincin Saturnus.

Enceladus mendapatkan namanya dari nama seorang Titan dalam mitologi Yunani.

Enceladus berukuran kecil dengan diameter sekitar 504 km. Ukuran yang kecil membuatnya berbentuk tidak sebulat objek ruang angkasa lain yang berukuran lebih besar.

Sampai pesawat ruang angkasa Voyager 1 dan Voyager 2 berhasil terbang melintasi Saturnus, sangat sedikit yang diketahui tentang Enceladus karena hanya muncul sebagai titik pada teleskop paling kuat.

Gambar dan pengukuran yang berhasil diambil oleh kedua wahana tanpa awak tersebut memberi ilmuwan lebih banyak informasi tentang Enceladus serta bulan Saturnus lainnya.

Enceladus memiliki bagian permukaan yang hampir tidak memiliki kawah. Benda antariksa ini memiliki geografi permukaan dengan usia sangat beragam, dengan beberapa daerah masih berusia muda atau sekitar 100 juta tahun.

Enceladus secara geologis cukup aktif, sebagaimana ditemukan oleh pesawat ruang angkasa Cassini yang mengeksplorasi Saturnus dan bulan-bulannya pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an.

Segumpal air juga teramati dengan panas memancar keluar serta bagian kutub selatan yang memiliki sedikit kawah.

Enceladus kemungkinan menjadi sumber utama partikel pada cincin terluar Saturnus, atau cincin E yang nampak berdebu dan samar.

Debu ini mungkin berasal dari aktivitas cryovolcanic di Enceladus. Karena kecepatan untuk melepaskan diri dari gravitasi Enceladus hanya 866 km/jam, sebagian debu ini terlepas ke ruang angkasa saat terjadi letusan berkekuatan besar.

Enceladus memiliki banyak fitur tektonik yang awalnya ditemukan oleh Voyager 2, termasuk pegunungan, lembah, dan parit.

Beberapa lembah yang ditemukan ada yang memiliki panjang sampai 200 km, lebar 5-10 km, dengan kedalaman 1 km.

3. Titan
Permukaan Titan, Foto Yang diambil oleh NASA

Siapa tak kenal Titan? Ia merupakan satelit alami terbesar milik Planet Saturnus, ia juga satelit alami terbesar kedua di Tata Surya setelah Ganymede (satelit alami terbesar milik Jupiter). Titan memiliki volume yang lebih besar daripada Merkurius serta memiliki atmosfer sehingga menjadi pilihan kolonisasi kedua setelah Mars.

Di atas semua itu, Titan adalah satu-satunya objek anggota Tata Surya selain Bumi di mana terbukti memiliki cairan di permukaannya. Semua ini membuat Titan menumbuhkan banyak rasa ingin tahu para astronom, dan menjadikannya lokasi utama untuk misi ilmiah di masa depan.

Titan juga merupakan rumah bagi "lautan hidrokarbon", yakni danau metana cair dan senyawa hidrokarbon lainnya. Banyak dari danau ini terlihat dekat daerah kutub, seperti pada wilayah yang dinamai Ontario Lacus. Danau metana yang dikonfirmasi berada di dekat kutub Selatan Titan memiliki luas permukaan 15.000 km^2 dan kedalaman diperkirakan maksimum 7 meter.

Danau metana cair terbesar bernama Kraken Mare, yang berada di dekat kutub Utara. Dengan luas permukaan sekitar 400.000 km^2, Kraken Mare berukuran lebih luas dari Laut Kaspia dan diperkirakan memiliki kedalaman 160 meter.

NASA pertama kali melihat objek terang seluas 260 km persegi, yang mereka namakan "Magic Island". Objek ini pertama kali terlihat pada bulan Juli tahun 2013, kemudian secara tiba-tiba objek tersebut menghilang. Dan pada Agustus 2014, objek tersebut muncul kembali lagi (dengan sedikit perubahan). Hal tersebut diyakini tenggelam oleh lautan metana cair di Titan.

Titan adalah satu-satunya satelit alami di Tata Surya yang memiliki atmosfer, dan ia juga satu-satunya objek Tata Surya selain Bumi yang atmosfernya kaya akan nitrogen. Pengamatan terbaru menunjukkan bahwa atmosfer Titan lebih padat dari atmosfer Bumi, dengan tekanan permukaan sekitar 1,469 KPa (1,45 kali dari Bumi).
Gambar ilustrasi permukaan Titan

Atmosfer Titan terdiri dari lapisan kabut buram dan gas-gas lain yang menghalangi cahaya Matahari yang menyinarinya. Sehingga jika dilihat dari luar angkasa, permukaan Titan tidak akan terlihat jelas (mirip dengan Venus). Gravitasi Titan yang lebih rendah juga berarti membuat atmosfer Titan jauh lebih luas membentang ke luar angkasa daripada Bumi.

Di stratosfer Titan, komposisi atmosfernya adalah 98,4% nitrogen dengan 1,6% sisanya sebagian besar terdiri dari metana (1,4%) dan hidrogen (0,1-0,2%).

Ada sejumlah hidrokarbon lainnya, seperti etana, diacetylene, methylacetylene, asetilena dan propana; serta gas-gas lain seperti cyanoacetylene, hidrogen sianida, karbon dioksida, karbon monoksida, sianogen, argon dan helium. Hidrokarbon diperkirakan terbentuk di atmosfer teratas Titan dalam reaksi yang dihasilkan dari pecahnya metana oleh sinar ultraviolet Matahari, menghasilkan asap oranye tebal.

Suhu permukaan Titan adalah sekitar -179,2° C pada siang hari, yang disebabkan oleh fakta bahwa Titan menerima sekitar 1% sinar Matahari daripada yang diterima Bumi. Pada suhu ini, air es memiliki tekanan uap yang sangat rendah, sehingga hanya sedikit uap air yang muncul pada stratosfer.

Ditambah lagi dengan kabut di atmosfer Titan yang ternyata berkontribusi untuk menghadirkan efek anti-rumah kaca dengan merefleksikan sinar Matahari kembali ke angkasa, membuat permukaan Titan secara signifikan lebih dingin dari atmosfer atasnya. Selain itu, atmosfer Titan secara berkala menurunkan hujan metana cair dan senyawa organik lainnya ke permukaan.

Berdasarkan studi simulasi atmosfer Titan, para ilmuwan NASA telah berspekulasi bahwa molekul organik kompleks dapat timbul di Titan. Dengan begitu, bisa jadi ada kehidupan asing yang tak terduga sebelumnya di atmosfer satelit alami terbesar milik planet Saturnus tersebut.

Fakta menariknya dari Titan adalah, jika Titan tidak mengorbit Saturnus melainkan mengorbit Matahari, maka ia akan mendapatkan status sebagai "planet" di Tata Surya kita. 

4. Planet Proxima Centauri B
Ilustrasi Planet Proxima centauri B, yang berdekatan dengan bintang Proxima induknya

Proxima centauri B seukuran Bumi, dan orbitnya menunjukkan bahwa planet tersebut berada di zona yang cukup hangat sehingga air cair dapat ditemukan di permukaannya.

Planet yang diberi nama Proxima b itu berjarak 4,24 tahun cahaya dari planet kita. Planet tersebut mengelilingi bintang terkecil di sistem tiga bintang Alpha Centauri, yakni bintang katai merah Proxima Centauri, yang bersinar di bagian selatan rasi Centaurus.

“Planet bebatuan berpotensi layak huni di sekitar Proxima akan menjadi lokasi paling alami bagi peradaban kita jika harus pindah setelah Matahari kita padam, lima milyar tahun dari sekarang,” kata ilmuwan Avi Loeb dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.

Penemuan planet ekstrasurya baru selalu menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan: apakah planet tersebut memiliki unsur-unsur kehidupan dan bisa dihuni?

Untuk saat ini, para peneliti belum mengetahui banyak tentang tentang planet tersebut untuk menilai sifat alaminya. Tapi berdasarkan informasi yang ada saat ini, planet tersebut tak benar-benar mirip Bumi.

Dari sisi usia, bintang Proxima Centauri tak mirip Matahari. Massanya sekitar 12 persen massa Matahari, dengan medan magnet 600 kali lebih kuat, dan memancarkan sebagian besar cahaya dalam panjang gelombang inframerah yang relatif dingin.

Proxima b juga memancarkan sinar X seperti matahari, artinya, planet di zona yang memungkinkan adanya air cair juga berada di zona percikan partikel yang berpotensi merusak. Belum lagi lidah api Proxima Centauri cukup besar jika dibandingkan bintang katai merah lainnya.


5. Trappist-1 System
Ilustrasi system tata surya di Trappist-1

Bumi kita ini terletak pada satu sistem yang dinamakan tata surya, dan sementara yang baru ditemukan oleh NASA merupakan sistem baru yang diberi nama Trappist-1. Para astronot hanya membutuhkan waktu selama 39 tahun juta cahaya untuk menuju sistem Trappist-1 dari sistem tata surya kita. Sistem baru tersebut memiliki struktur yang sama dengan tata surya, yaitu terdapat sebuah bintang sebagai pusat yang dikelilingi beberapa planet.

Sistem yang terletak dalam konstelasi Aquarius ini berpusat pada sebuah bintang yang ukurannya jauh lebih kecil dibanding matahari atau hanya sedikit lebih besar dari Jupiter. NASA juga menyebutkan bahwa Trappist-1 memiliki zona yang aman untuk dihuni manusia dengan temperatur antara 0 sampai 100 derajat celcius. Menurut penglihatan para peneliti menggunakan teleskop canggih, Spitzer, ada tujuh planet yang mengelilingi sang bintang pada orbitnya. Sama saja dengan saat planet kita berevolusi.

Saat ini tujuh planet tersebut diberi inisial b, c, d, e, f, g, dah h oleh NASA. Layaknya bumi, saat melakukan revolusi, permukaan planet yang menghadap bintang terlihat lebih terang daripada di sisi lainnya. Hal tersebut tentu saja mengingatkan kita dengan terjadinya peristiwa siang dan malam. Menurut penelitian, planet b (yang terdekat dengan inti Trappist-1) membutuhkan waktu selama 1,5 hari untuk berputar berevolusi. Dan butuh 13 hari untuk planet terjauh berevolusi.

Sementara untuk ukurannya, planet terbesar dengan inisial g dan b hanya 10% lebih besar dibanding bumi. Sementara planet terkecilnya yaitu d dan h memiliki ukuran 25% lebih kecil daripada planet kita. Planet-planet tersebut juga diduga memiliki bermukaan berbatu dan memungkinkan mengandung air serta dihuni oleh kawan-kawan luar angkasa kita.

Para ilmuwan NASA menghimbau masyarakat dunia untuk tidak terlalu senang dulu karena masih ada banyak hal yang harus diteliti dari Trappist-1. Namun sejauh ini ada tiga planet yang memungkinkan untuk ditinggali oleh manusia karena berpotensi dapat menyimpan cadangan air dan memiliki sistem yang mirip dengan bumi.

Selain itu Trappist-1 memiliki susunan planet yang padat. Jika dibanding tata surya, jarak antar planet di Trappist-1 terlampau dekat sehingga para peneliti mengibaratkan kalau seseorang berdiri di satu sisi planet, dia akan dengan mudah melihat planet tetangga di langit layaknya kita setiap malam bisa melihat bulan. Ilmuwan NASA juga mengemukakan mereka akan kembali melakukan konferensi online di tahun depan setelah mengadakan penelitian lanjutan.

6. Tabby's Star (KIC 8462852)
Ilustrasi bintang Tabby's

Tabby’s Star dipercaya telah memakan planet terdekat. Bintang, yang dikenal lebih formal sebagai KIC 8462852 ini, telah membingungkan para ilmuwan karena kehilangan kecerahannya dengan cepat dan tak menentu. 

Dalam pengamatan yang dilakukan selama 100 hari, teleskop Kepler menangkap bintang ini meredup puluhan kali, dan sekali secara dramatis hingga 22 persen. Bukan hanya misterius, hal itu hampir tidak bisa dijelaskan.

Beberapa astronom menyatakan bahwa kehidupan alien canggih mungkin bertanggung jawab atas perubahan luminositas bintang ini. Konsep yang dikembangkan oleh fisikawan Freeman Dyson di tahun 1960-an menyebutkan sebuah peradaban lebih maju dari manusia bisa membangun Dyson Sphere di sekitar KIC 8462852. Super struktur ini secara hipotetis mengelilingi sebuah bintang dan mengumpulkan output energi yang sangat besar. 

Namun, satu studi baru yang akan diterbitkan Senin, 16 Januari 2017, di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society menunjukkan bahwa alien cerdas tidak bertanggung jawab atas redupnya KIC 8462852 ini.

Sebaliknya, penulis menyebutkan tabrakan planet dengan Tabby’s Star adalah penyebabnya. Tabrakan ini akan menjelaskan tidak hanya mengapa Tabby’s Star memiliki fluktuasi liar dalam kecerahan akhir-akhir, tapi juga mengapa bintang telah meredup secara bertahap selama abad terakhir.

Terlihat aneh bahwa tabrakan spektakuler antara bintang dan planet akan menyebabkan bintang meredup, ujar Ken Shen, seorang astronom UC Berkeley dan penulis studi tersebut. Tapi, menurut Shen, "Bintang ini akhirnya kembali menjadi redup menuju kondisi keseimbangan. Ini adalah kondisi sebelum tabrakan."

Peredupan KC 8462852 dapat dijelaskan dengan puing-puing yang bergerak di sekitar bintang dan menyerap cahaya, kadang-kadang membuatnya tampak bergitu redup bagi pengamat di Bumi.

Salah satu kemungkinan adalah bahwa planet berbatu serupa Bumi didorong ke Tabby’s Star ini. Saat semakin dekat, ujar Brian Metzger, seorang astrofisikawan Columbia University dan salah satu penulis studi tersebut, bintang bisa merobek mantel planet itu, menghasilkan material panas di sekitar Tabby’s Star. Awan gas dan debu itu bisa menyerap cahaya bintang ini. Sementara itu, bintang akan mengkonsumsi inti planet.

Penyebab lain, kata Metzger, sebuah planet seukuran Jupiter bisa saja didorong ke Tabby’s Star, menyebabkan beberapa bulannya dilucuti oleh gravitasi Tabby’s Star dan meninggalkan reruntuhan kosmik pada orbit di sekitar bintang.

Apa yang mungkin telah mendorong sebuah planet mendekati Tabby’s Star? Tabby’s Star kemungkinan memiliki bintang pendamping, mungkin setengah ukurannya, jelas Metzger. "Ada kemungkinan bahwa bintang luar memberikan tendangan gravitasi periodik ke planet di sekitar Tabby’s Star," katanya.

Dyson Sphere masih tetap menjadi pesaing hipotetis dalam upaya menjelaskan misteri Tabby’s Star ini. Tapi Metzger percaya bahwa Tabby’s Star bukan hal langka. Jika semua bintang di galaksi atau di luarnya, diamati, jutaan bintang memakan planet lain mungkin ditemukan, yang juga menghasilkan efek peredupan cahaya ini.

7. Przybylski's Star (HD 101065)
Ilustrasi bintang Przybylski's 

Przybylski's adalah sebuah bintang biasa, akan tetapi bintang ini penuh sesak dengan unsur-unsur berat,  termasuk unsur radioaktif didalamnya. Bintang ini berumur pendek dan berjarak 370 tahun cahaya dari bumi.

Bintang ini tampaknya ditaburi dengan unsur-unsur yang biasanya tidak terlihat di luar laboratorium percobaan nuklir. Jadi apa yang mereka lakukan di sana?

Pada tahun 1966, Carl Sagan dan rekan Soviet nya Iosif Shklovsky berspekulasi bahwa alien canggih mungkin menaburi bintang ini dengan unsur-unsur buatan yang tidak biasa. sebagai cara bagi para Alien memberikan sinyal kehadiran mereka ke peradaban lain di sekitar bintang di dekatnya. Hal ini mungkin menakutkan bagi kita, penjelasannya mungkin adalah unsur sintetik bisa menjadi produk sampingan limbah teknologi antar planet canggih.

Sementara astronom sibuk berfokus pada mencari sinyal radio dari ET, mereka dengan tidak sengaja telah menemukan sinyal kimia di bintang ini. [IM/Abbas]

Tidak ada komentar